mJHEzxukdj31fhzMIHmiGai4Yfakiv2Yjgl83GlR
Bookmark

Beda Isu, Beda Narasumber, Beda Teknik Wawancara

Arusgiri.com, Bojonegoro - Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar (PJTD) 2025 yang diadakan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Arusgiri Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri (Unugiri) menghadirkan Rizka Laily Nur Muallifa, wartawan merdeka.com, sebagai pembicara dalam sesi teknik wawancara pada Sabtu (11/1). 

Rizka, yang telah berkecimpung di merdeka.com sejak 2020, kini juga aktif menulis untuk Liputan6.com, terutama pada isu-isu perempuan, lingkungan, sosial, dan budaya.  
Rizka Laily Nur Muallifa dalam menyampaikan materi teknik wawancara. Sabtu (11/1).
Dalam materinya yang disampaikan di ruang B. 1 Fakultas Tarbiyah Unugiri, Rizka menjelaskan bahwa wawancara bukan sekadar aktivitas bertanya kepada narasumber, tetapi sebuah proses yang membutuhkan teknik dan pendekatan tertentu.

"Seorang wartawan harus memahami bagaimana menghadapi berbagai tipe narasumber dengan kepribadian dan latar belakang yang berbeda," papar perempuan asal Tambakrejo Bojonegoro itu. 

Rizka mengungkapkan bahwa wawancara adalah proses interaksi yang bertujuan menggali informasi melalui obrolan, baik secara tatap muka, melalui telepon, konferensi video, maupun media lainnya.  

Rizka juga menekankan pentingnya persiapan sebelum melakukan wawancara. 

"Wartawan harus memiliki rencana yang matang, mulai dari menentukan topik hingga menyusun daftar pertanyaan yang komprehensif," ujar perempuan yang suka menanam.

Selama wawancara, menurut Rizka, sikap sopan, mendengarkan dengan aktif, dan memberikan ruang kepada narasumber untuk berpikir sangat diperlukan. Selain itu, ia menyarankan agar wartawan mencatat poin-poin penting untuk memastikan akurasi data.  

Dalam kesempatan tersebut, Rizka memberikan perhatian khusus pada wawancara yang membahas isu-isu sensitif, seperti kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, dan bencana. Ia menegaskan bahwa wartawan harus bersikap empati, tidak menghakimi, dan selalu menjaga kerahasiaan narasumber jika diminta. 

"Narasumber berhak menentukan informasi mana yang boleh atau tidak boleh dipublikasikan," tegasnya.  

Selain teknik wawancara, Rizka juga menjelaskan pentingnya menjaga objektivitas dalam menulis berita. Ia menuturkan bahwa tugas wartawan adalah menyampaikan fakta, bukan menganalisis atau menghakimi. Dalam menyampaikan berita, penting untuk menambahkan konteks dan menghadirkan sudut pandang yang berimbang. 

"Kutipan dari narasumber atau pakar dapat digunakan untuk memberikan perspektif yang lebih luas kepada pembaca tanpa meninggalkan kesan berat sebelah," terangnya.  

Sesi pelatihan berlangsung dinamis dan interaktif. Peserta terlihat antusias saat diminta membuat rencana wawancara kelompok. Setiap kelompok yang terdiri dari tiga orang diminta menentukan isu yang akan diangkat, menyusun pertanyaan, dan merancang strategi wawancara. Di akhir sesi, Rizka memberikan penghargaan berupa buku kepada kelompok dengan rencana wawancara terbaik. 

Tidak hanya itu, Rizka juga mengadakan kuis yang menguji pemahaman peserta tentang materi yang telah disampaikan.
Posting Komentar

Posting Komentar