Arusgiri.com, Bojonegoro – Pemberian kado saat Seminar Proposal (Sempro ) telah marak terjadi di kalangan mahasiswa, tak terkecuali pada mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri (Unugiri). Atika Anjelia Anggi Stephanie, misalnya, mahasiswi Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) tersebut turut memberikan kado kepada temannya saat Sempro, pada Senin (10/3), di kampus Unugiri.
Terkait fenomena pemberian kado ini, ia mengaku hanya mengikuti tahun-tahun sebelumnya.
"Kalau setahu saya, dari tahun kemarin, tahun kemarin dan kemarin lagi udah ada sih ya. Jadi kayak kita ini juga yang ikut-ikut gitu, ya," jelasnya saat diwawancarai oleh LPM Arusgiri.
![]() |
Perayaan pasca Seminar Proposal |
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa tujuan memberi kado kepada teman usai melaksanakan Sempro adalah sebagai bentuk apresiasi dan dukungan agar lebih semangat saat revisi.
"Dia sudah sempro kan ya, kita memberikan kado itu buat mengapresiasi dia gitu. Terus kayak buat support juga biar dia semangat untuk revisi dan sebagainya," jelasnya saat diwawancarai oleh LPM Arusgiri.
Senada, Siti Nur Kamila, mahasiswi Prodi Teknologi Informasi (TI) juga menyatakan bahwa tujuan memberi kado adalah sebagai ungkapan selamat dan memberi semangat dalam proses penyelesaian skripsi.
"Untuk kasih selamat atas Sempronya, atas penyelesaian skripsi dari bab 1 sampai bab 3 agar dia tambah semangat lagi untuk mengerjakan di bab selanjutnya,“ ujarnya.
Sedangkan mahasiswi Prodi Bimbingan Konseling (BK), Alfiya Nur Rohmah, menganggap hal ini sebagai tradisi umum serta reward perjuangan.
"Tradisi umum kayaknya. Iya, pasti setiap Sempro kan ada kayak ngasih gift ke temen-temennya. Jadi misalnya temenku, oh iya, dia kan udah berjuang gitu to ya jadi aku ngasih reward, karena dia sudah berjuang," ungkapnya.
Merespon fenomena tersebut, Khurul Anam, Dosen Fakultas Syariah dan Adab, memberikan pendapatnya. Menurutnya, hal yang dilakukan mahasiswa tersebut masih dalam batas wajar jika tidak menjadikannya sebagai beban atau kewajiban.
“Selama ini saya melihat masih dalam batas wajar. Yang penting, jangan sampai pemberian hadiah ini justru menjadi beban atau kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap mahasiswa,” kata Anam.
Sementara dari sudut pandang sosial, Anam mengatakan bahwa tradisi ini merupakan sesuatu yang positif karena mencerminkan solidaritas antar mahasiswa.
“Ada proses yang dilalui oleh teman-temannya, dan mereka ikut merayakan serta ikut senang. Memberikan hadiah, dalam bentuk apapun asalkan positif, adalah hal yang wajar dan dapat menjadi bentuk solidaritas di antara mereka,” ujarnya.
Meski demikian, ia berpesan agar perayaan pemberian kado ini tidak dilakukan secara berlebihan dan harus seimbang dengan proses saat pembuatan proposal.
“Kalau proses pembuatan proposalnya biasa saja, tapi perayaannya luar biasa, ini jadi rancu. Harus ada keseimbangan. Kalau ingin merayakan, silakan, tapi pastikan juga usaha yang dilakukan dalam menyusun proposal itu maksimal,” tandasnya.
*Tim Redaksi
Posting Komentar